- Hai, bisa ceritakan sedikit tentang seorang Gustra Adnyana?
Halo saya Gustra Adnyana, dunia saya tidak jauh dari alam, sastra dan seni visual. Saat ini sedang aktif dalam beberapa kegiatan seni dan pameran di Purga Artspace, mengurus perpustakaan & caf, Little Talks, dan juga terlibat dalam penyelenggaraan Ubud Writers & Readers Festival.
Mendedikasikan waktu luang saya untuk membantu seniman, penulis, dan orang-orang kreatif dalam membuat acara seni adalah salah satu jalan saya untuk bisa belajar dari mereka. Lahir dan tumbuh di Ubud, Bali memberikan saya keberuntungan untuk tumbuh bersama seni sejak kecil dan orang-orang dengan berbagai latar belakang.
- Seperti apa sih a day in a life seorang Kurator Seni seperti Gustra? Ceritakan sedikit dong!
Setiap hari saya selalu mencoba untuk bangun pagi, menikmati matahari pagi di sela-sela jendela, menelusuri udara pagi Ubud dan bersyukur masih bisa menikmatinya, sebelum kembali duduk di meja dan membuka laptop.
Siang harinya saya sering menghabiskan waktu untuk mendengar, bertanya, dan memahami jadi sering kali saya baru mulai bekerja ketika sudah gelap, lebih sepi.
- Kenapa Gustra memilih mengembangkan karir di bidang ini?
Saya tidak merasa memilih karir ini, tapi saya yakin saya hanyut dan mengikutinya dengan senang hati, walau saya tidak tahu apakah ini benar-benar akan sampai selesai. Bertemu dan berkawan dengan para seniman dengan berbagai cerita ini membuat saya nyaman, dan bekerja itu perlu bahagia dan saling mendukung.
- Apa hal yang paling Gustra sukai dari dunia seni?
Dunia seni seperti dunia yang terdiri dari banyak dunia penuh imajinasi, pemberontakan, pencarian diri, dan kebahagiaan. Tidak ada yang salah, tidak ada yang selalu benar. Di sini saya bisa kembali ke masa lalu atau jauh ada di masa depan. Tanpa bicara saya bisa terhubung jauh di dalam hati para seniman. Itu semua yang saya suka dari dunia seni. Bukan hanya khayalan, tapi mereka membuat itu menjadi sebuah realita yang dibicarakan.
- Apa hal yang kurang Gustra sukai dari dunia seni?
Kebebasan dalam dunia seni itu benar, namun bertanggung jawab itu adalah hal yang wajib, karena ini melibatkan banyak orang dan perasaan-perasaan di dalamnya.
- Di mana dan bagaimana Gustra menemukan inspirasi?
Saat ini saya masih percaya mendengarkan, merasakan, membaca, pergi dan dekat dengan sumber adalah cara yang tepat untuk menemukan inspirasi.
- Gimana sih proses kreatif Gustra saat mengkurasi karya?
Saya selalu memulai proses kreatif saya untuk mengenal secara pribadi seniman-seniman yang berkolaborasi bersama. Tidak semua seniman suka berdiskusi, namun ikut dalam kesehariannya dapat menjawab itu semua. Saya mungkin terlalu personal, tapi bagi saya jika tidak kenal maka tak sayang dan bagaimana saya bisa menyampaikan pesan yang tepat nantinya. Saya juga suka mengulik dan mencari masalah sang seniman. Saya di awal akan jujur dan mengutarakan apa yang saya rasakan lalu kemudian apa yang bisa kita lakukan. Rasa bagi saya penting, karena itu harus jujur.
- Tell me about the project you’re most proud of and why. What was your role in it?
Ada dua proyek seni yang tidak saya lupakan. Dua pameran solo pertama Bagus Ari Maruta ‘Dilema Ria’ sebagai kurator dan pameran solo pertama Eka Sudarma Putra ‘Grey Trip’ sebagai yang menarasikan pameran tersebut bersama kolektif yang hanya muncul jika itu dianggap perlu, Yayasan Peduli Setan. Di sini saya percaya, pameran solo itu bukan karena harus ada prestasi, namun karena kemantapan hati para seniman untuk mengambil sikap dan itu penting di awal karir mereka.